Swara Pendidikan (Bojongsari, Depok) – Muhammad Fajri, S.Pd, akan menjadi narasumber dalam kegiatan Pelatihan Literasi Guru yang akan digelar di SDN Citayam 01 besok.
Menurut Fajri, literasi merupakan gerakan yang menyeluruh dan berkelanjutan, bukan hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis di kalangan siswa. Dia menilai bahwa guru juga harus memiliki kemampuan literasi yang kuat agar mampu menjadi teladan dan pembimbing yang baik bagi peserta didiknya.
“Selama ini fokus gerakan literasi banyak diarahkan ke murid. Padahal, kalau murid diajarkan berliterasi tapi gurunya tidak, maka akan muncul kesenjangan,” kata Fajri saat diwawancarai Swara Pendidikan, Selasa (11/11/2025).
“Guru bisa saja memandang sesuatu hanya secara praktikal, bukan esensial. Akibatnya pemahaman mereka tidak holistik. Karena itu, melalui kegiatan ini kita belajar bagaimana satu guru mampu menghasilkan satu karya literasi dalam bentuk tulisan,” sambungnya.
Dalam kegiatan pelatihan besok, Fajri akan menjelaskan dengan menggunakan metode komunikasi dua arah melalui diskusi dan brainstorming agar peserta lebih aktif dan memahami esensi literasi secara kontekstual.
“Kami akan berdiskusi dan bertukar pikiran. Dari situ, karya tulisan guru bisa dikembangkan lebih dalam, diperluas, atau disederhanakan sesuai kebutuhan,” tuturnya.
Terkait tema tulisan, Fajri memberikan kebebasan penuh kepada para peserta. Dia menyebut bahwa guru biasanya lebih mudah menulis tentang pengalaman mengajar, interaksi dengan murid, atau bahkan refleksi kehidupan pribadinya sebagai pendidik.
“Tulisan bisa tentang pengalaman di kelas, bisa juga tentang kehidupan pribadi yang menginspirasi sebagai guru. Yang penting ada makna dan nilai pembelajaran di dalamnya,” jelasnya.
Sebagai penulis pendidikan sekaligus guru di SDN Duren Seribu 03, Fajri menekankan pentingnya kegiatan menulis dilakukan secara berkelanjutan, bukan hanya sebatas kegiatan sesaat.
“Menulis itu tidak berhenti di satu kegiatan. Sama seperti makan, yang kita lakukan setiap hari. Begitu juga dengan menulis, harus terus dilakukan agar terbentuk kebiasaan literasi yang kuat,” ungkapnya.
Fajri berharap kegiatan pelatihan seperti ini dapat terus digelar di berbagai sekolah agar seluruh guru menjadi melek literasi, tidak hanya dalam hal teknologi, tetapi juga dalam hal membaca dan menulis secara aktif.
“Membaca itu bagus, tapi membaca secara pasif tidak cukup. Untuk mengaktifkannya, guru perlu menulis. Dari sanalah kemampuan berpikir kritis dan kreatif tumbuh,” pungkas Fajri. (Dib)




