Membumikan Kembali Kata Maaf

by Redaksi
0 Komentar 68 Pembaca

 

 

“Membumikan Kembali Kata Maaf”

 

Al Imran : 133-134

.وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

 الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ

 

“Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.(yaitu) orang-orang yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema‟afkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan”

 

Rasulullah saw bersabda: “Setiap manusia pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik pelaku kesalahan itu adalah orang yang segera bertaubat kepada Allah SWT”.

Ini bererti bahwa manusia yang baik bukan orang yang tidak pernah berbuat salah, sebab itu mustahil kecuali Rasulullah SAW yang ma’shum (sentiasa dalam bimbingan Allah SWT). Tetapi, manusia yang baik adalah manusia yang menyadari kesalahannya dan segera bertaubat kepada-Nya. Dalam Islam, mampu memaafkan kesalahan orang lain merupakan salah satu ciri orang yang bertaqwa (muttaqin).

Kata ‘Maaf’ dalam keseharian kita sudah amat jarang terdengar dan terasa berat untuk mengucapkan kata tersebut. Padahal kata ‘Maaf’ tidak identik dengan kesalahan, misalnya saja saat merayakan hari raya Idul Fitri, ummat Islam sudah terbiasa mengucapkan kata ini, baik yang secara sadar melakukan kesalahan  atau memang tidak melakukan kesalahan, dan ini sudah menjadi tradisi dan budaya bahwa pada saat Idul Fitri saling mengucapkan kata maaf, dengan kalimat Mohon maaf lahir batin.

Tetapi kenapa kata Maaf ini menjadi berat kita ucapkan dalam keseharian kita, apa karena ego pribadi atau ada hal lainya. Padahal sebagaimana sabda Rosul diatas bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang segera bertaubat atau minta maaf, karena hal itu merupakan ciri-ciri orang yang bertakwa.

Dalam Q.S. an-Nur, ayat 22 disampaikan bahwa ternyata ada tingkatan yang lebih tinggi dari alafwu (maaf), yaitu alshafhu.

Kata ini pada mulanya berarti kelapangan. Darinya dibentuk kata shafhat yang bererti lembaran atau halaman, serta mushafahat yang berarti berjabat tangan.

Seorang yang melakukan alshafhu seperti anjuran ayat diatas, dituntut untuk melapangkan dadanya sehingga mampu menampung segala ketersinggungan serta dapat pula menutup lembaran lama dan membuka lembaran baru.

Yang terbaik hari ini adalah bagaimana kita bersama-sama memasyarakatkan atau membiasakan mengucapkan kata maaf dalam kesempatan apapun, jangan hanya menunggu moment Hari Raya Idul Fitri saja, tetapi bagaimana  kata ini menjadi biasa kita ucapkan bahkan pada akhirnya menjadi budaya positif.

Mari bersama-sama kita bangun kembali dengan semangat baru membangun budaya positif ketulusan hati dan semangat persaudaraan. Jangan ada yang berkata: “Tiada maaf bagimu”.

Ahli hikmah mengatakan: Ingatlah dua hal dan lupakanlah dua hal. Lupakanlah kebaikanmu kepada orang lain dan lupakanlah kesalahan orang lain kepadamu. Wallahu a’lam..


Penulis: Awang Abdurrahman, (Founder Komunitas Guru Berkarakter)

Baca juga

Tinggalkan Komentar