Oleh : Muklis
Saat membaca sebuah halaman website saya menemukan sebuah bacaan tentang kekuatan memuji, singkat cerita dalam dalam bacaan tersebut, dikisahkan ada seorang penyayi perempuan yang sangat terkenal memiliki seorang suami yang hebat dalam menciptakan, mengubah lagu serta mengaresment ulang lagu.
Suami perempuan sangat hebat dalam bidang musik. Si suami sangat piawai dalam hal tangga nada, sehingga setiap kali istrinya selesai menyanyi si suami selalu mengkritisi suara istrinya.
Nada kurang tinggi lah, kurang rendahlah atau dengan nada sedikit keras suami berkata “harusnya kau tadi mengawali suaramu di nada D bukan bukan C”. Sehingga kritikan ini berakhir dengan pertengkaran. Pada akhirnya si perempuan tadi menjadi bosan dan enggan menyanyi lagi. “ Ah.. aku malas untuk menyanyi, toh aku selalu salah,” kata si perempuan kepada suaminya. Dan ia pun berhenti menyanyi.
Singat cerita, suami tadi meninggal dunia karena kecelakaan. Berselang beberapa tahun perempuan tadi menikah lagi dengan seorang tukang ledeng yang tidak tahu menahu tentang musik, tentang lagu. Apalagi tentang nada.
Suatu hari perempuan tadi bertanya “Pa Bagaimana laguku?”
Suami yang tukang ledeng tadi menjawab “Sangat bagus sehingga saat aku bekerja aku ingin cepat pulang untuk mendengarkan nyanyianmu”
Suatu kali sang suami berkata “Seandainya aku tidak menikah denganmu mungkin aku sudah tuli. Setiap hari aku mendengar suara derat pipa ledeng. Namun aku sangat bahagia, aku bisa mendengarkan suaramu yang sangat merdu”
Singkat cerita si perempuan tadi sangat bahagia ia merasa sangat dihargai, setiap waktu ia menyanyi dengan gembira, mandi ia menyanyi, saat memasak ia menyanyi tanpa disadarinya ia sedang berlatih. Hingga akhirnya ia didorong oleh suaminya untuk rekaman dan membuat sebuah album, yang ternyata disambut dengan antusias oleh masyarakat
Cerita tadi memberikan inspirasi atau pelajaran bagi seorang guru akan kekuatan sebuah pujian. Akhir tahun pelajaran adalah masa evaluasi bagi anak-anak. Bagi seorang guru tentunya akan memberikan masukan dan catatan bagi siswa kita. di raport guru memberikan menjelaskan tentang kemampuan anak dalam hal kompetetensi.
Anak belum menyelesaikan kompetensi ini, kompetensi itu dan lain sebagainya. Komentar kebanyakan lebih cenderung untuk mengkritisi kemampuan anak yang masih kurang. Begitu juga dengan nilai. Nilai disini merupakan akumulasi dari kemampuan siswa. Misalnya bahasa Indonesia.
Jika di pelajaran bahasa Indonesia setidaknya terdapat beberapa aspek, mendengarkan, menulis, membaca dan apresiasi sastra. Dalam pelajaran ini semua kemampuan anak di akumulasi. Padahal, anak memiliki kemampuan dan bakat berbeda. Bisa jadi anak sangat tertarik dengan membaca bahkan tidak sedikit anak yang sangat pandai dalam bicara. Kenpapa kita tidak mengolah ini semua. Kenapa kita tidak memunculkan apa yang menjadi kelebihan anak.
Jika anak suka menulis maka munculkan kemampuan anak dalam menulis. Memberikan pujian terhadap kelebihan anak akan memberikan energi tersendiri bagi anak-anak. Meskipun kita sebagai guru memberikan komentar berbentuk pujian yang insya allah akan memberikan energi positif bagi anak.
Kita tetap subjektif dalam memberikan catatan. Catatan penulis pikir ada baiknya dalam bentuk lisan yang langsung diberikan kepada orang tua. Catatan ini akan menjadikan feedback serta sarana untuk berbagi langkah apa yang selanjutkan akan dilakukan oleh guru maupun orangtua.
Selamat hidup dalam pujian. Semoga kita menjadikan anak-anak didik kita hidup dalam pujian. Bukankah anak yang hidup dalam pujian ia akan menjadi anak yang percaya diri.
Penulis guru SLBN Widi Asih Kab. Pangandaran