Melestarikan Pantun Sejak Dini & Budaya Palang Pintu

by Redaksi
0 Komentar 808 Pembaca

Oleh:  Eni Yuhaeni, S.Pd *

 

Siswa siswi SDN Pondokcina 3

Siswa siswi SDN Pondokcina 3

 

Budaya Palang pintu adalah Budaya khas Betawi yang menjadi bagian dari upacara adat pernikahan. Acara palang pintu berisi kegiatan seni bela diri dan seni sastra.

Penulis merasa kagum terhadap upacara Adat Pernikahan Betawi yang melaksanakan acara palang pintu. Seiring berjalannya waktu acara palang pintu dalam suatu pernikahan di kota Depok sudah jarang ditemukan, padahal acara tersebut sarat akan makna dan filosofi kehidupan.

Acara palang pintu  merupakan warisan budaya dari nenek moyang  suku Betawi yang berisi perpaduan seni bela diri dan seni sastra, yang terlihat sederhana tapi tidak semua orang mampu untuk memadukan antara gerakan seni bela diri dengan seni berbalas pantun.

Kegiatan yang dilakukan secara bersamaan antara seni bela diri dengan seni berbalas pantun itu tidak mudah, harus sering latihan apalagi diselingi dengan kalimat yang lucu, menggelitik dan membuat seru sehingga bisa menghibur sekaligus memberi hikmah kepada para undangan yang menyaksikannya. Sangat disayangkan jika  budaya palang pintu ini  terkikis oleh  budaya lain.

Letak kota Depok sebagai penyangga Ibu Kota Negara  terbuka lebar terhadap masuknya budaya lain dari berbagai daerah, bahkan budaya luar negeri. Jika tidak dilestarikan oleh generasi  muda, sebagai generasi penerus, siapa lagi yang akan melestarikan? Terlepas dari apapun sukunya jika tinggal di  Kota Depok  adalah penerus budaya Betawi.

Banyak cara melestarikan budaya Palang Pintu, contoh masyarakat Betawi yang peduli budaya kota Depok, dijalur pendidikan  melaksanakan lomba seperti, silat, karate, dan cipta pantun.

Salah satu langkah kecil yang bisa dilakukan oleh sekolah dalam melestarikan budaya palang pintu adalah mengenalkan sejak dini tentang pantun.

Generasi muda merasa kurang tertarik dengan dunia pantun karena dianggap tidak penting dan tidak menarik untuk dipelajari. Ini adalah tantangan dunia pendidikan sebagai garda terdepan dalam mencetak generasi berbudaya yang  memiliki Profil Pelajar Pancasila.

Bagaimana cara agar dunia perpantunan menjadi menarik bagi generasi muda khusus bagi siswa Sekolah Dasar? Ini adalah ladang dari ahli IT yang tahu bagaimana cara meramu media elektronik  menjadi media yang dapat menarik minat siswa untuk mempelajari  pantun, seperti bermain game, kuis, kartun, animasi dan lain-lain, sesuai dengan usianya.

Pada intinya adalah dengan media kekinian memudahkan guru untuk memberikan materi yang menarik dan mengasyikan bagi siswa yang belajar pantun.

Contoh pantun tentang ”pengalaman bersama  guru”, dari siswa  SDN Pondokcina 3 kelas 3 dengan keterbatasan perbendaharaan kata yang dimiliki siswa.  (Shakila, Darin, Tisya, Syaqirah, Elang, Bain,Friza,  Derain, dan Aska)

 

Ke Pasar Minggu beli baju baru

Mampir dulu untuk bertamu

Aku sayang ibu guru

Tak akan kulupakan jasamu

 

 

Pagi main sama Daru

Siang main sama Talita

Kita sayang ibu Guru

Bu guru juga sayang kita

 

Sore hari banyak tukang jamu

Saling sapa saat bertemu

Aku akan mengingat jasamu

Karena mengajarkan berbagai ilmu       

 

Makan apel bersama kamu

Duduk di bangku berwarna biru

Setelah melihat perjuanganmu

Aku ingin seperti bu guru

 

Cari uang dalam saku

Hanya tersisa uang seratus

Terima kasih wahai guruku

Pahala untukmu tak akan terputus

 

Pagi hari membaca buku

Isinya menjaga kebersihan kuku

Terima kasih untuk guruku

Yang selalu menginspirasiku

 

Mencium bunga melati

Terlihat lebah memakan nektar

Ibu guruku baik hati

Aku ingin belajar sampai pintar

 

Di kebun binatang melihat kangguru

Kakinya sangat tangguh

Aku sayang ibu guru

Akan belajar sungguh – sungguh

 

Terasa sakit di bagian siku

Karena terkena paku

Kata maaf untuk guruku

Yang selalu sabar menghadapiku

 

Rangkaian kata yang  tak seberapa terlihat ringan namun berbalut makna. Semangat terus kita gaungkan dalam diri siswa agar bangga memiliki budaya  dan  rasa cinta terhadap  tanah air dan bangsanya. Tanah Airku Indonesia.


Penulis: Eni Yuhaeni,S.Pd.
Guru SDN Pondokcina 3
Jl. H Yahya Nuih No 2 Pondokcina
Kec. Beji Kota Depok

Baca juga

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel & foto di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi!!