Oleh: Siti Mira Rahayu, S.Pi.,M.Si
Dosen Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Jakarta
Sungai sebagai salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia termasuk untuk menunjang pembangunan perekonomian. Akan tetapi sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai bidang maka baik secara langsung ataupun tidak langsung akan mempunyai dampak terhadap kerusakan lingkungan termasuk didalamnya pencemaran sungai.
Pencemaran sungai umumnya berasal dari limbah domestik maupun limbah non domestik seperti limbah dari perumahan, perkantoran, pabrik dan industri. Oleh karena itu pencemaran air sungai dan lingkungan sekitarnya perlu dikendalikan seiring dengan laju pembangunan agar fungsi sungai dapat dipertahankan kelestariannya.
Ada 13 (tiga belas) sistem aliran sungai yang mengalir di wilayah DKI Jakarta dimana sebagian besar berhulu di daerah Jawa Barat dan bermuara di Teluk Jakarta. Dengan demikian sungai di DKI Jakarta merupakan tempat limpahan akhir dari pada buangan-buangan tersebut. Padahal sungai itu sendiri mempunyai banyak fungsi yang sangat penting, antara lain sebagai sumber air baku air minum, perikanan, peternakan, pertanian, dan usaha perkotaan.
Kualitas air di wilayah DKI Jakarta sudah sangat mengkhawatirkan, hal ini berdasarkan pemantauan yang dilakukan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta di 13 sungai yang melintasi wilayah Jakarta menunjukkan, baik air sungai maupun air tanah memiliki kandungan pencemar organik dan anorganik tinggi. Tidak heran jika sungai-sungai di Jakarta, terutama di hilir berbau busuk dan tercemar.
Berdasarkan kajian yang dilakukan terungkap bahwa bau yang muncul di kali yang ada di Jakarta disebabkan oleh mikroalga. Mikroalga merupakan biota berukuran mikroskopis yang melakukan fotosintesis untuk kehidupannya.
Jika dilihat dari balik mikroskop, jenis-jenis mikroalga yang hidup di hilir sungai Jakarta tidak begitu beragam. Mikroalga juga bisa menjadi indicator tercemarnya air, khususnya untuk beberapa jenis yang toleran terhadap bahan pencemar.
Mikroalga yang berasal dari Kelas Cyanophyceae ditemukan melimpah di hilir sungai-sungai di Jakarta. Seperti jenis Oscillatoria yang ditemukan dominan. Mikroalga jenis ini diketahui toleran terhadap pencemar bahan organik.
Selain itu, Oscillatoria juga toleran terhadap naungan (shade-tolerant), serta dapat mengatur tingkat penggunaan klorofil-a dan menggunakan pigmen lain untuk mengimbangi cahaya yang rendah ketika melakukan fotosintesis. Hal ini memungkinkan alga tersebut untuk bertahan di perairan dengan penetrasi cahaya yang rendah.
Kelimpahan Cyanophyceae yang dominan di perairan berpotensi menimbulkan dampak yang merugikan bagi ekosistem sekitar. Cyanophyceae diketahui dapat menyebabkan iritasi kulit dan dapat menghasilkan toksin.
Meledaknya populasi Cyanophyceae biasanya menimbulkan bau dan rasa yang tidak sedap pada perairan. Selain itu, proses dekomposisi yang terjadi ketika alga tersebut mati secara massal menyebabkan deplesi oksigen yang berakibat kematian pada ikan.
Jadi, berdasarkan kajian yang dilakukan dapat disimpulkan, mikroalga yang tinggi merupakan biang keladi kenapa air memiliki bau yang menyengat seperti telur busuk
Mengingat penyebab air berbau adalah karena keberadaan mikroalga yang tidak terkendali, maka diperlukan pengelolaan yang terintegrasi dari hulu ke hilir untuk mengatasi permasalahan pencemaran di sungai-sungai Jakarta.
Banyaknya kegiatan industri di hulu hingga hilir dapat meningkatkan kandungan senyawa kimia limbah dalam airnya seperti ammonia, nitrat, fosfor maupun sulfat. Adanya senyawa tersebut memungkin mikroalga yang telah teradaptasi air limbah dapat tumbuh subur di sekitar sungai-sungai yang ada di Jakarta.
Kakoordinasi pemerintah DKI dan daerah yang dilewati aliran sungai tersebut sangat penting guna menjadikan DKI sebagai kota yang bersih dan nyaman, dimana bau tak sedap yang berasal dari sungai tak akan ada lagi, aamiin.
Mari kita terus jaga kondisi air sungai kita agar bau itu tak pernah lagi ada.***