Buku “Ketika Aku Mendongeng” merupakan kumpulan serial cerita berkarakter setebal 200 halaman, ditulis oleh Titin Supriatin, Nenah, dan Anita Hasan. ketiganya merupakan pendidik di SDN Cipayung 2.
Buku ini dikemas dengan apik dan menarik, menyajikan berbagai cerita fantasi dan imajinasi yang mampu memikat perhatian anak-anak. Dengan gaya bahasa yang ringan dan penuh warna, setiap cerita mengajak pembaca untuk berpetualang dalam dunia yang menyenangkan dan penuh kejutan.
Ketiga penulis ini, berhasil menciptakan sebuah karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai penting melalui kisah-kisah yang dibawakan dengan humor, keseruan masa kecil, serta sedikit sentuhan horor yang aman untuk anak-anak. Buku ini tidak hanya cocok untuk dibaca, tetapi juga memberikan pengalaman mendongeng yang menyenangkan bagi siapa saja yang ingin memperkenalkan dunia cerita kepada anak-anak.
Seperti Cerita “Penggaris Kayu” pada halaman 12
Cerita ini mengandung beberapa nilai penting dan pesan moral yang bisa diambil, antara lain:
Kesadaran akan Kewajiban Ibadah
Azam, tokoh utama dalam cerita, merasa tidak peduli dengan sholat Subuh karena teman-temannya juga tidak melakukannya. Namun, setelah mendapat teguran dari Pak Wan, dia akhirnya menyadari pentingnya sholat lima waktu dan betapa besar manfaatnya bagi dirinya. Cerita ini mengajarkan pentingnya disiplin dalam menjalankan kewajiban agama, terutama sholat sebagai kewajiban utama bagi umat Muslim.
Pelajaran tentang Tanggung Jawab
Pak Wan memberikan pelajaran yang lebih mendalam melalui pendekatan yang bijaksana. Meskipun awalnya Azam merasa takut, Pak Wan tidak menghukum secara fisik dengan keras, melainkan menggunakan penggaris kayu sebagai simbol peringatan yang mengingatkan Azam dan teman-temannya akan tanggung jawab mereka kepada diri sendiri dan kepada Alloh swt.
Kekuatan Pengingat dalam Pendidikan
Penggunaan penggaris kayu oleh Pak Wan sebagai alat untuk memberikan peringatan menunjukkan bahwa pendidikan moral dan agama bisa dilakukan dengan cara yang penuh makna, bukan sekadar hukuman fisik. Peringatan lembut yang diberikan melalui sentuhan penggaris kayu menanamkan penyesalan yang lebih mendalam dalam hati para siswa, termasuk Azam.
Penyesalan dan Keinginan untuk Berubah
Setelah mengalami peringatan tersebut, Azam merasa sangat menyesal dan bertekad untuk berubah. Ini menunjukkan bahwa rasa penyesalan bisa menjadi titik balik untuk memperbaiki diri. Azam memutuskan untuk lebih disiplin dalam beribadah dan membangun kebiasaan yang lebih baik di masa depan, sebagai simbol dari pembelajaran yang dia terima.
Pentingnya Disiplin dan Keteladanan
Pak Wan bukan hanya memberikan hukuman, tetapi juga teladan dalam mengajarkan disiplin kepada para siswa. Melalui pengingat yang tidak terlalu keras namun penuh makna, dia mengajarkan kepada Azam dan teman-temannya untuk bertanggung jawab atas perbuatan mereka dan menjalani kehidupan dengan lebih disiplin dan penuh kesadaran.
Cerita ini memberikan pesan tentang pentingnya menumbuhkan kesadaran dalam diri untuk menjalankan kewajiban, menerima peringatan dengan hati yang terbuka, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik setiap hari.
Juga pada Cerita “Hantu Seser Kutu Air”, halaman 1. Dimana nilai yang terkandung dalam cerita tersebut adalah:
Keberanian dan Ketangguhan
Adha menunjukkan keberanian meskipun ia merasa ketakutan ketika melewati jalan yang gelap dan penuh mitos, seperti pohon rengas tua yang dianggap angker. Keberanian ini penting, terutama di usia muda, untuk menghadapi ketakutan dan menghadapi situasi yang tidak terduga.
Pentingnya Berpikir Rasional
Setelah mengalami kejadian yang menakutkan, Adha akhirnya belajar bahwa tidak semua yang tampak menyeramkan itu berbahaya. Seser kutu air yang dilihatnya ternyata bukan makhluk gaib, melainkan benda yang memiliki penjelasan logis. Cerita ini mengajarkan pentingnya berpikir jernih dan mencari penjelasan rasional di balik sesuatu yang menakutkan.
Keterbukaan dan Komunikasi
Adha merasa takut dan bingung, namun ia akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan ayahnya. Komunikasi yang terbuka dengan orang tua membantu Adha mengatasi ketakutannya dan mendapatkan penjelasan yang menenangkan. Ini menunjukkan betapa pentingnya berbicara dan meminta bantuan ketika menghadapi masalah atau ketakutan.
Keluarga sebagai Sumber Dukungan
Keluarga, terutama orang tua, memiliki peran penting dalam memberikan dukungan emosional dan penjelasan yang bijak. Ayah Adha tidak hanya mendengarkan ceritanya, tetapi juga memberikan penjelasan yang membuat Adha merasa tenang dan tidak merasa takut lagi. Ini mengajarkan kita bahwa keluarga adalah tempat yang aman untuk berbagi dan belajar.
Mitos dan Tradisi
Cerita ini juga menggambarkan bagaimana mitos dan kepercayaan tradisional bisa mempengaruhi cara berpikir anak-anak. Namun, melalui penjelasan yang rasional, anak-anak belajar untuk membedakan antara yang nyata dan yang hanya berupa mitos belaka.
Secara keseluruhan, cerita ini mengajarkan pentingnya keberanian, berpikir rasional, komunikasi terbuka, dan dukungan keluarga dalam menghadapi ketakutan dan kebingungannya.
Kesimpulan dari kumpulan serial cerita berkarakter “Ketika Aku Mendongeng”. Buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh anak-anak usia 6 hingga 12 tahun. Dengan cerita-cerita yang menarik, penuh fantasi, humor, dan imajinasi, serta dikemas dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami, buku ini dapat merangsang kreativitas anak-anak dan memperkenalkan mereka pada dunia dongeng dan cerita. Buku ini juga menyajikan pesan moral dan nilai-nilai kehidupan dengan cara yang menyenangkan, membuatnya menjadi pilihan yang tepat untuk pengembangan karakter dan kecintaan terhadap membaca di kalangan anak-anak. (gus)