Swara Pendidikan (Tapos, Depok) – Deretan tanaman menjadi pagar alami di SDN Tapos 3. Pohon pinus yang menjulang tinggi seolah Halaman sekolah terasa lapang, asri, dan teduh oleh tanaman hias. Di dekat taman, berdiri mushola dan kantin yang teduh, menjadikannya tempat nyaman bagi siswa dan guru untuk beristirahat.
Suasana ini jauh berbeda dengan kondisi empat tahun silam ketika Kepala SDN Tapos 3, Siti Yohana pertama kali menginjakkan kaki di sekolah tersebut. “Awal saya datang ke sini, suasananya masih sepi dan suram. Taman belum ada, perpustakaan tidak difungsikan, dan beberapa ruangan tidak bisa digunakan,” kenang Siti saat ditemui Swara Pendidikan di ruang kerjanya, Senin (8/9)
Siti Yohana bukanlah wajah baru di dunia pendidikan. Sebelum menjadi kepala sekolah, ia mengabdikan diri sebagai guru kelas 6 di SDN Cilangkap 5 selama 19 tahun, lalu berpindah ke SDN Sukamaju 2 selama 5 tahun. Pengalaman panjang itu menempanya menjadi pendidik yang matang menghadapi berbagai tantangan, termasuk keterbatasan sarana prasarana.
Kiprahnya pun tidak luput dari apresiasi. Ia tiga kali berturut-turut dinobatkan sebagai Kepala Sekolah Terinspiratif ke 2 se-Kecamatan Tapos pada tahun 2023, 2024 dan 2025. “Yang penting semangat jangan padam. Saya ingin SDN Tapos 3 ini menjadi sekolah yang nyaman untuk anak-anak belajar, berprestasi, dan tumbuh dengan baik,” ujarnya penuh tekad.
Kini, SDN Tapos 3 menampung 365 siswa dengan 12 rombongan belajar (rombel). Jumlah itu membuat seluruh siswa dapat bersekolah di pagi hari. Sementara itu, sejak beberapa bulan terakhir, sekolah ini juga menjadi tempat belajar sementara bagi siswa SDN Tapos 4 yang gedungnya tengah direnovasi.
Perlahan tapi pasti, Yohana bersama guru, komite sekolah, dan masyarakat sekitar mulai membenahi lingkungan sekolah. Dari taman yang hijau, kelas yang kembali difungsikan, hingga semangat kebersamaan yang tumbuh. Upaya itu membuahkan hasil: SDN Tapos 3 berhasil meraih penghargaan Adiwiyata tingkat kota dan rutin mengikuti program Sekolah Ramah Anak serta Sekolah Sehat.
“Walaupun belum sampai tingkat nasional, kami melihat banyak perubahan positif. Setiap lomba yang kami ikuti membuat sekolah semakin tertata,” ucapnya.
Dukungan dari pihak eksternal juga turut memperkuat perubahan. Salah satunya datang dari PT Karabah yang memberikan bantuan berupa tempat sampah, pohon pelindung, hingga gerobak sampah untuk mendukung kebersihan sekolah.

Keterbatasan yang Masih Menghantui
Meski kemajuan sudah terlihat, infrastruktur sekolah masih meninggalkan pekerjaan rumah besar. Pagar sekolah berlubang, atap kelas rapuh, dan ruang kepala sekolah yang masih menyatu dengan ruang guru menjadi persoalan utama.
“Proposal sudah kami ajukan ke Dinas Pendidikan. Harapannya, pagar dan atap segera diperbaiki. Kami juga butuh dua ruang tambahan: satu untuk kantor kepala sekolah, satu lagi untuk ruang UKS,” jelasnya.
Selain itu, kekurangan guru olahraga juga masih menjadi perhatian. Hingga kini, pembelajaran jasmani masih ditangani guru kelas.
Meski dihadang keterbatasan, Yohana tetap memelihara mimpi besar bagi sekolah yang dipimpinnya. Ia ingin memiliki perpustakaan hidup yang bisa menjadi pusat literasi siswa, gerbang sekolah yang aman, serta lingkungan yang semakin hijau dan ramah anak.
“Saya ingin sekolah ini bukan hanya tempat belajar, tapi juga rumah kedua yang sehat, ramah, dan membanggakan,” tutupnya penuh harap.
Nurjaya Saputra






Semoga plapon yg rapuh mushalla dan pagar sekolah mendapat perhatian khusus segera dapat renov