ADVERTISEMENT
  • Disclaimer
  • KARIR
  • KODE ETIK JURNALIS SWARA PENDIDIKAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK
    • KODE ETIK JURNALISTIK
  • KONTAK IKLAN
  • Redaksi
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Swara Pembaca
  • swarapendidikan.co.id
  • Tentang Kami
  • Wawancara
Tuesday, May 13, 2025
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT

Festival Musik Lesung Banyuwangi: Merawat Warisan Budaya Leluhur

by Redaksi
30 October 2024
in Banyuwangi, DAERAH, Komunitas
0
Festival Musik Lesung Banyuwangi: Merawat Warisan Budaya Leluhur
          

Banyuwangi, sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Jawa, terkenal akan kekayaan budaya dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satu warisan budaya unik yang dirayakan melalui Festival Musik Lesung ini adalah musik lesung, sebuah tradisi musik tradisional yang menggunakan lesung; alat penumbuk padi, sebagai instrumen utamanya.

Sejarah Musik Lesung

Musik lesung memiliki sejarah panjang di Indonesia, khususnya di Jawa. Pada awalnya, lesung dan alu adalah alat rumah tangga yang digunakan masyarakat pedesaan untuk menumbuk padi menjadi beras. Namun, seiring waktu, masyarakat mulai menemukan cara untuk menghasilkan irama dengan menumbuk lesung secara teratur dan berirama, menjadikannya sebuah bentuk kesenian. Bunyi yang dihasilkan dari pukulan lesung dan alu ini menghasilkan suara yang khas dan membentuk komposisi nada alami.

BACA JUGA

Pernyataan Puan Maharani Soal Anak SMP Tak Bisa Membaca, Dapat Dukungan dari Dewan Pengawas LSK Hipnoterapi Indonesia

Mengenal Kuliner Tradisional Belitung

Ketua Dewan Pembina IBS Lantik Pengurus Cabang Ikatan Budaya Sunda Kota Depok Periode 2025-2030

OPEN DONASI: Bantu Pesantren Terdampak Banjir di Deli Serdang

Musik lesung biasanya dimainkan dalam rangkaian upacara adat atau perayaan yang berhubungan dengan panen dan musim tanam, sebagai bentuk rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah. Irama yang dihasilkan dari tabuhan alu dan lesung dipercaya membawa energi positif dan dianggap mampu mendatangkan keberkahan bagi masyarakat.

Tradisi dan Filosofi di Balik Musik Lesung

Musik lesung memiliki filosofi mendalam yang mencerminkan kerja sama dan gotong royong. Dalam permainan musik lesung, beberapa orang akan menumbuk lesung secara bersama-sama, menciptakan harmoni yang unik. Hal ini mencerminkan nilai gotong royong yang menjadi ciri khas budaya masyarakat Indonesia, khususnya di pedesaan Jawa. Para pemain harus saling berkomunikasi dan menjaga ritme agar irama yang dihasilkan enak didengar, yang menggambarkan pentingnya kebersamaan dan sinergi dalam kehidupan sosial.

Selain itu, lesung sebagai simbol kehidupan agraris juga memiliki makna mendalam tentang ketergantungan manusia pada alam. Musik yang dihasilkan dari alat-alat sederhana seperti lesung dan alu menjadi pengingat bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini memiliki fungsi dan dapat menjadi sarana untuk mengekspresikan budaya.

Asal Usul dan Perkembangan

Musik lesung pada awalnya muncul di pedesaan Jawa, terutama di daerah yang memiliki tradisi agraris yang kuat. Namun, kini tradisi ini semakin jarang dimainkan, seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat. Untuk menjaga kelestariannya, pemerintah daerah Banyuwangi mengadakan Festival Musik Lesung sebagai salah satu bentuk apresiasi dan upaya pelestarian tradisi.

Festival Musik Lesung dalam Rangkaian Wisata Kuliner Banyuwangi

Festival Musik Lesung ini juga menjadi bagian dari rangkaian wisata kuliner mingguan di Banyuwangi yang diadakan setiap Minggu pagi di Desa Kemiren. Kegiatan wisata kuliner ini menyajikan berbagai hidangan khas Banyuwangi, sehingga pengunjung tidak hanya disuguhi dengan kekayaan rasa, tetapi juga keunikan budaya. Dalam wisata kuliner tersebut, para wisatawan dapat menikmati berbagai kuliner tradisional sembari menyaksikan pertunjukan musik lesung yang mengiringi suasana pagi di desa. Hal ini menjadikan wisata kuliner di Desa Kemiren semakin berkesan, karena tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menambah wawasan budaya dan menghidupkan kembali tradisi yang hampir terlupakan.

Peran Festival dalam Melestarikan Budaya

Festival ini tidak hanya menjadi ajang pertunjukan, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat. Melalui festival ini, generasi muda diajak untuk mengenal dan melestarikan warisan budaya yang mungkin sudah asing bagi mereka. Selain itu, adanya festival ini juga berkontribusi terhadap perekonomian lokal, karena menarik kunjungan wisatawan dan mempromosikan produk-produk lokal Banyuwangi.

Musik lesung bukan sekadar hiburan; ia adalah bagian dari identitas budaya dan sejarah panjang masyarakat agraris Jawa. Kehadirannya dalam festival ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga dan merawat warisan leluhur agar tidak hilang dimakan zaman.

Dengan demikian, Festival Musik Lesung di Banyuwangi yang diselenggarakan dalam rangkaian wisata kuliner mingguan di Desa Kemiren adalah cerminan kekayaan budaya Indonesia yang tak lekang oleh waktu. Wisata kuliner dan festival ini menghadirkan pengalaman yang lengkap bagi para pengunjung, menggabungkan rasa dengan warisan budaya, serta mengajak masyarakat untuk mencintai dan melestarikan tradisi nenek moyang mereka.


Penulis : Rissa Churria

Rissa Churria pendidik, penyair, esais, pelukis, aktivis kemanusiaan, pemerhati masalah sosial budaya, pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), pengelola Rumah Baca Ceria (RBC) di Bekasi, anggota Penyair Perempuan Indonesia (PPI), saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sudah menerbitkan 10 buku kumpulan puisi tunggal, 1 buku antologi kontempelasi, serta lebih dari 100 antologi bersama dengan para penyair lainnya, baik Indonesia maupun mancanegara. Rissa Churria adalah anggota tim digital dan siber di bawah pimpinan Riri Satria, di mana tugasnya menganalisis aspek kebudayaan dan kemanusiaan dari dunia digital dan siber.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

BeritaTerkait

Pernyataan Puan Maharani Soal Anak SMP Tak Bisa Membaca, Dapat Dukungan dari Dewan Pengawas LSK Hipnoterapi Indonesia
DAERAH

Pernyataan Puan Maharani Soal Anak SMP Tak Bisa Membaca, Dapat Dukungan dari Dewan Pengawas LSK Hipnoterapi Indonesia

by Redaksi
21 April 2025
0
0

penerima penghargaan Indonesian Hypnosis Centre (IHC) Award 2024 itu menyatakan...

Read more
Mengenal Kuliner Tradisional Belitung

Mengenal Kuliner Tradisional Belitung

26 February 2025
0
Ketua Dewan Pembina IBS Lantik Pengurus Cabang Ikatan Budaya Sunda Kota Depok Periode 2025-2030

Ketua Dewan Pembina IBS Lantik Pengurus Cabang Ikatan Budaya Sunda Kota Depok Periode 2025-2030

2 February 2025
0

OPEN DONASI: Bantu Pesantren Terdampak Banjir di Deli Serdang

2 December 2024
0

POKAB Distribusikan 1000 Paket Sembako Murah untuk Ojol dan Masyarakat di Kampung Patriot Ciriung

21 November 2024
0

Komunitas Instruktur Depok Sejahtera (KIDS) Gelar Nonton Bareng Film 12 Menit Kemenangan Untuk Selamanya

12 November 2024
0
Next Post
Sederet Bukti Konkret Pembangunan Era Kepemimpinan Idris – Imam

Sederet Bukti Konkret Pembangunan Era Kepemimpinan Idris - Imam

ADVERTISEMENT

2025 © swarapendidikan.co.id

  • Disclaimer
  • KARIR
  • KODE ETIK JURNALIS SWARA PENDIDIKAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK
  • KONTAK IKLAN
  • Redaksi
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Swara Pembaca
  • swarapendidikan.co.id
  • Tentang Kami
  • Wawancara
No Result
View All Result
  • Disclaimer
  • KARIR
  • KODE ETIK JURNALIS SWARA PENDIDIKAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK
    • KODE ETIK JURNALISTIK
  • KONTAK IKLAN
  • Redaksi
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Swara Pembaca
  • swarapendidikan.co.id
  • Tentang Kami
  • Wawancara

2025 © swarapendidikan.co.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In