Swara Pendidikan (Cipayung, Depok) – Di usianya yang genap 60 tahun, Juanda, M.Pd., menorehkan kisah hidup yang layak menjadi teladan. Empat dekade mengabdikan diri di dunia pendidikan, dari guru mengaji sederhana hingga menjabat kepala sekolah.
Pak Juanda, begitu dia akrab disapa, akan resmi menerima SK purna tugas pada 7 Oktober 2025 mendatang. Namun, semangatnya untuk terus berbagi ilmu dan pengalaman justru semakin kuat.
“Saya ingin terus berbagi, tidak hanya dengan para guru, tapi juga dengan masyarakat luas. Ilmu tidak boleh berhenti hanya karena saya pensiun,” kata Juanda kepada Swara Pendidikan, Senin (8/9).
Lahir dari Kesederhanaan
Perjalanan hidup Juanda bukanlah kisah yang mulus. Dia lahir dari keluarga sederhana dengan enam saudara. Sang ayah meninggal dunia saat dirinya baru berusia dua tahun. Ibunya yang tegar kemudian berjuang seorang diri sebagai pembantu rumah tangga demi menghidupi anak-anaknya.
“Sejak kecil saya tinggal di Manggarai, Jakarta Selatan. Namun, saat kelas lima SD, rumah kami digusur, dan akhirnya pindah ke Depok. Ternyata, pindah ke Depok adalah anugerah, karena lingkungan yang religius dan penuh kebersamaan di sini membentuk pribadi saya lebih baik,” tuturnya.
Di Depok, keluarga Juanda tinggal di rumah orang baik yang sudah lama mengenal ibunya. Lingkungan baru itu membuatnya bergaul dengan nilai-nilai keagamaan yang lebih kuat. Remaja Juanda pun mulai mengajar mengaji sambil tetap tekun belajar. Dari situlah lahir tekadnya: hidup harus memberi manfaat bagi orang lain.
Jalan Panjang Menuju Guru
Selepas SMP, Juanda sempat bingung hendak melanjutkan sekolah ke mana karena keterbatasan biaya. Namun, sang ibu yang penuh kasih tak ingin menyerah. Ia rela menjual sebagian tanah warisan demi menyekolahkan Juanda ke SPG PGRI Depok.
“Alhamdulillah, saat di SPG, saya bisa berprestasi, sering meraih peringkat pertama atau kedua,” ucapnya.
Tahun 1985 menjadi tonggak penting. Juanda lulus dari SPG dan berhasil lolos masuk IKIP Jakarta jurusan Pengembangan Kurikulum lewat jalur Sipenmaru. Namun, tak lama berselang, dia mendapat kesempatan mengikuti seleksi CPNS di Bogor. Berkat kerja keras dan doa, dia dinyatakan lolos.
Kala itu, Juanda harus mengambil keputusan sulit: melanjutkan kuliah atau mengabdikan diri sebagai PNS. “Saya sempat sedih karena terpaksa berhenti kuliah. Tapi saya manfaatkan waktu untuk mengajar di SMP dan membuka les privat. Itu cara saya tetap dekat dengan dunia pendidikan,” katanya.
Tak berhenti di sana, setelah bertahun-tahun mengabdi, Juanda akhirnya bisa melanjutkan pendidikan hingga meraih gelar magister. Cita-citanya untuk terus berkembang demi kualitas pendidikan tak pernah padam.
Guru yang Tak Pernah Lelah
Sejak resmi menjadi PNS tahun 1986, Juanda ditempatkan di berbagai sekolah dasar di Depok dan sekitarnya: SDN Tanah Baru 4, SDN Tanah Baru 3, SDN Beji 5, hingga SDN Citayam 1. Rekan sejawat mengenalnya sebagai sosok ramah, enerjik, dan sederhana. Murid-muridnya pun akrab dengan senyum hangat dan kepeduliannya.
Tiga puluh tiga tahun kemudian, pada 2018, dia lulus seleksi kepala sekolah. Penugasan pertamanya di SDN Cipayung 4 (2018–2021), setelah itu memimpin SDN Citayam 4 hingga kini, menjelang pensiunnya.
Bagi Juanda, menjadi guru bukan sekadar profesi, melainkan panggilan jiwa. “Pengorbanan, kejujuran, dan kebermanfaatan bagi orang lain adalah inti dari seorang guru. Itu bukan hanya soal mengajar, tapi bagaimana kita menjadi teladan, membimbing, dan membentuk karakter generasi bangsa,” ucapnya penuh keyakinan. (Amr)




