Swara Pendidikan (Cipayung, Depok) – Para guru dari SDN Cipayung 2 dan SDN Cipayung 3 mengikuti kegiatan Diseminasi Pendidikan bertajuk “Pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan akhlak, moral, dan kepribadian yang baik”, dengan narasumber Wawang Buang, yang membagikan inspirasi dari tokoh pendidikan nasional KH. Ahmad Dahlan. bertempat di SDN Cipayung 2. Jumat (18/7/2025)
Dalam paparannya, Wawang Buang menjelaskan, KH. Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh besar dalam dunia pendidikan nasional Indonesia, sejajar dengan Ki Hajar Dewantara.
“KH. Ahmad Dahlan bukan hanya tokoh pendidik, beliau juga seorang ulama besar, seperti halnya KH. Hasyim Asy’ari,” ujarnya.
Ia menjelaskan, KH. Ahmad Dahlan yang memiliki nama kecil Muhammad Darwis, lahir pada 1 Agustus 1868 di Kauman, Yogyakarta. Merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan Haji Abu Bakar dan Siti Aminah, serta keturunan ke-12 dari Maulana Malik Ibrahim—salah satu tokoh Walisongo yang berperan besar dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa.
Pada usia 15 tahun, Ahmad Dahlan menunaikan ibadah haji dan menetap di Mekkah selama lima tahun untuk memperdalam ilmu agama. Di sana, ia mulai terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran pembaharu Islam seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani, Rasyid Ridha, dan Ibnu Taimiyyah. Ketika kembali ke Indonesia pada 1888, Muhammad Darwis berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.

Pada 1903, ia kembali ke Mekkah dan sempat belajar kepada Syekh Ahmad Khatib, guru dari pendiri Nahdlatul Ulama, KH. Hasyim Asy’ari. Sekembalinya ke tanah air, KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912, sebagai organisasi sosial keagamaan yang fokus di bidang pendidikan, bukan politik, dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis.
“Gagasan-gagasan beliau luar biasa, mulai dari bidang pendidikan, kesehatan, sosial, hingga ekonomi. Semuanya masih eksis hingga hari ini,” jelas Wawang.
Menurutnya, KH. Ahmad Dahlan menempatkan aspek akhlak dan moral sebagai pilar utama dalam pendidikan. “Pendidikan itu bukan sekadar kognitif, tetapi bagaimana membentuk karakter dan kepribadian yang baik. Ini yang menjadi inti pemikiran beliau.”

Wawang menambahkan bahwa KH. Ahmad Dahlan berhasil mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan pendidikan modern pada masanya, termasuk dengan pendekatan barat yang bersifat rasional dan sistematis. “Beliau tidak memisahkan antara urusan dunia dan agama, tetapi menyatukan keduanya dalam satu kesatuan nilai pendidikan yang utuh.”
Di akhir paparannya, Wawang mengajak para guru untuk tidak hanya menekankan aspek pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi juga memasukkan nilai-nilai kebaikan dan religius dalam rangka membangun karakter peserta didik.
“Mari kita wujudkan pendidikan karakter yang berakhlak mulia melalui keteladanan para tokoh pendidikan kita, seperti KH. Ahmad Dahlan,” pungkasnya. (Amr)




