Swara Pendidikan (Panmas, Depok) – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok terus melakukan monitoring dan evaluasi (Monev) kepada satuan pendidikan SD dalam rangka penerapan pendidikan inklusi di 11 Sekolah Penyelenggara Inklusi, terkait dengan lembaga sekolah, pelaksanaan kegiatan terapis, peralatan sekolah inklusi, dan guru GPK (Guru Pembimbing Khusus), salah satunya di SDN Beji 2.
Kepala Seksi Kurikulum dan Penilaian SD DisDik kota Depok, Syahril Simamora menjelaskan kegiatan monev ini dilakukan setiap tahunnya di akhir tahun.
“Monef sekolah inklusi dimana tahun ini kita banyak kegiatan tentang inklusi, kita akan program kerja terapis, ada pengadaan peralatan inklusi, ada GPk, itu yang kita monef,” jelas Syahril.
Kendati sudah berjalan, lanjut Syahril , namun dalam penerapannya pendidikan inklusif ini masih perlu ditingkatkan. Sebab, dari segi sarana dan prasarana (sarpras) sekolah maupun SDM di satuan pendidikan masih terbatas.
“Misalnya terapis bagaimana pelaksanaan terapis, manfaatnya ke siswa seperti apa, tanggapan orang tua siswa seperti apa.
Jadi kalo ada hal-hal yang kurang bagus ditahun depan bisa diperbaiki,” ujarnya.
Syahril menjelaskan, semua masyarakat diharapkan dapat terlibat dan peduli terhadap inklusi, karna masih banyak orang tua yang belum menerima anaknya termasuk anak inklusi
“Kalau orangtuanya bisa menerima anaknya, penanganannya akan lebih mudah kedepannya, karna bisa ditangani disekolah dan dirumah, jadi kan bisa diulang yang di ajarkan disekolah dan diajarkan dirumah, tingkat keberhasilan nya tinggi,” jelasnya.
Dengan ini Syahril, semua stakeholder bisa memahami sehingga dalam menanganinya dapat seirama antara guru, kepala sekolah, orangtua murid dan masyarakat, karna ini harus di tanganin kolaboratif bersama sama tidak bisa ditangani sendiri.
Selain itu, GPK SD 2 Beji, Putri Lestari Khusnul Khatimah menjelaskan bahwa sekolahnya memang rujukan untuk anak berkebutuhan khusus.
“Anak-anak tersebut belajar tetap didalam ruangan bersama tema-teman yang lain, hanya saja untuk soal-soal materi itu di sesuaikan dengan kebutuhan anak jadi berbeda dengan anak-anak yang reguler. Kelas tetap disamakan dengan anak anak reguler,” jelasnya.
Lanjut Putri, dengan 15 anak berkebutuhan khusus, masing-masing 2 dalam satu kelas dengan dirinya sebagai guru pendamping. Ia berharap DisDik menambahkan SDM dan lebih memperhatikan sekolah yang menerima siswa berkebutuhan khusus. (agnes)