Swara Pendidikan.co.id (Depok) – Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbudristek kembali membuka pendaftaran program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) angkatan 6 dengan kuota sebanyak 8 ribu orang guru jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB. Pendaftaran dibuka 10 Januari sampai 18 Februari 2022.
Sementara pendaftaran Calon Pengajar Praktik dibuka bagi Guru Berpengalaman, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Akademisi/Praktisi/Konsultan Pendidikan.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Depok, H. Wijayanto melalui virtual meeting “Sosialisasi Program Sekolah Penggerak Angkatan ke-6.” Di ruang kerjanya gedung DiBaleka lantai 4, Dinas pendidikan Kota Depok. Senin (10/01/22). Yang juga disiarkan secara live streaming di akun YouTube Muhammad Fajri.
Dalam sambutan pembukaan, Kadisdik Kota Depok, H. Wijayanto secara detail memaparkan latar belakang, manfaat dan kemudahan-kemudahan yang akan didapat jika lolos seleksi program Guru Penggerak.

Berikut paparannya. Orientasi dari pendidikan nasional adalah bagaimana kita bisa mencetak pelajar/siswa dengan profil pelajar Pancasila. Ini yang selalu diingatkan oleh saya, tataran daerah dan oleh Mas Menteri di tataran nasional. Yang kemudian Kementerian memformatnya dalam bentuk Merdeka Belajar.
Nah, merdeka belajar itulah yang mengharuskan seorang guru memiliki jiwa, memiliki profile sebagai agen perubahan.
Merdeka Belajar, mengharuskan sekolah untuk benar-benar merdeka menentukan pola pembelajaran, cara yang efektif, inovatif, dan kreatifitas yang sangat mudah diterapkan dan diikuti oleh anak didik kita, sehingga target-target yang sudah diterapkan oleh Mas Menteri dalam konteks profil pelajar Pancasila benar benar tercapai.
Artinya dalam konteks Merdeka Belajar, sekolah harus bisa menghargai keberagaman. Tidak boleh memaksakan keseragaman. Karena setiap siswa, setiap anak memiliki kelebihan dan kecerdasan yang berbeda- beda. Termasuk karakter, bahkan mungkin juga memiliki fisik yang juga berbeda.
Keberagaman ini bisa diformat dalam bentuk media pembelajaran yang kreatif yang dilakukan oleh sekolah dan para guru. inilah intinya Merdeka Belajar.
Merdeka Belajar juga merubah dari pola sentraliasi pendidikan menjadi desentralisasi. Artinya sekolah diberikan kewenangan, kebebasan untuk mengkreasikan. Bahkan sampai tingkat kurikulum dengan format atau model pembelajaran berbasis proyek dan ini bukan diartikan dari kurikulum yang digariskan. Karena kurikulumnya sudah ada.
Tinggal bagaimana kreatifitas dan inovasi para gurunya, yang pastinya tentu dikendalikan oleh kepala sekolah ditingkat sekolah atau disatuan pendidikan. Semua itu diberikan kewenangan.
Sekali lagi, Inilah mindset atau ruh dari Merdeka Belajar. Ruh keberagaman, dan ruh desentralisasi, yang motornya adalah seorang guru.
Kadisdik yang akrab di sapa Wijay juga mengatakan, ada enam karakter profile Merdeka Belajar atau profile pelajar Pancasila.
- Karakter Ketuhanan, ketaatan kepada Alloh SWT.
- Kebangsaan dengan nilai-nilai kebinekaan.
- Jiwa gotong royong yang didalamnya termasuk jiwa esame atau kecerdasan sosial.
- Kreatifitas dan inovasi.
- Bagaimana pelajar memiliki daya nalar daya esam yang kritis yang sistemik, yang esame dan memang sesuai dengan logika-logika yang berlaku.
- Anak didik atau pelajar kita, kita bentuk menjadi pelajar yang mandiri yang survive yang siap menghadapi masa depan.
Kalau pelajar kita, kita format seperti itu maka seharusnya kita sebagai guru, kita sebagai pengawas, kita sebagai penilik, kita sebagai kepsek, dan pada gilirannya kita semua. Baik sebagai pengelola sekolah ataupun pemerintah yang menangani dunia pendidikan juga harus memiliki karakter yang disebutkan di atas. Dan inilah sekali lagi, ruh dari Guru Penggerak.
Guru penggerak akan menjadi agen perubahan, perubahan paradigma, transformasi. Kita tinggalkan gaya-gaya konvensional untuk kemudian menjadi gaya modern yang tentunya tidak meninggalkan karakter bangsa dan asas-asas kependidikan
Tentunya kita harus bisa secara pribadi membangun kesuksesan diri, kemudian kita punya motivasi yang kuat dan pada gilirannya siap menghadapi tantangan.
Tentunya kita ingin benar-benar selain menjadi guru juga menjadi pemimpin dimasa depan. Mas mentri selalu mengingatkan kepada kita bahwa kepemimpinan bisa bermulai atau harus dimulai dari masa sekolah. Berpusat kepada murid. Artinya kita sebagai guru bisa memformulasikan itu semua diruang-ruang kelas. Kedua hal ini yang melatar belakangi kenapa muncul yang disebut Merdeka Belajar.
Wijay juga menyebut, ada 9 manfaat atau keuntungan yang didapat jika lolos seleksi.
- pendidikan Guru Penggerak selama 9 bulan dan pengembangan kompetensi dalam Lokakarya Bersama
- Peningkatan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran yang terpusat pada murid.
- Pengalaman belajar mandiri dan kelompok terbimbing, terstruktur, dan menyenangkan.
- Pengalaman belajar bersama dengan rekan guru lain.
- Pengalaman mendapatkan bimbingan/mentoring dari Pengajar Praktik pendidikan guru penggerak.
- Mendapatkan komunitas belajar baru.
- Mendapatkan sertifikat pendidikan 306 JP (jam pelajaran) dan piagam Guru Penggerak.
- Mendapatkan bantuan paket data untuk pelatihan daring selama pendidikan.
- Biaya transportasi, konsumsi, dan akomodasi jika diperlukan untuk pelaksanaan Lokakarya (sesuai kebutuhan).
Wijay berharap sekaligus mendorong, dengan dibukanya angkatan ke- 6 dengan kuota 8 ribu orang Guru Penggerak, para calon peserta Guru Penggerak, baik negeri maupun swasta bisa ikut ambil bagian dalam program tersebut.
Sebab, dikatakan Wijay, sesuai arahan Mas Menteri dan pastinya diikuti oleh daerah, Guru Penggerak diprioritaskan untuk menjadi calon Kepala Sekolah, Pengawas, dan Pelatih.
Jadi menurutnya, jika peluang dan kesempatan ini tidak di ambil. Sangat disayangkan, sebab katanya lagi, kita akan mendapatkan pembelajaran yang berbeda dari pelatihan-pelatihan yang selama ini kita ikuti dengan metode, dengan cara yang lebih kreatif dan inovatif.
Kita akan merasa nyaman dan senang mengikuti kegiatan ini walaupun jangka waktunya sampai 9 bulan. Dan tidak perlu khawatir, selama 9 bulan, bukan duduk didalam kelas seperti metode pelatihan yang selama ini ada. 9 atau 6 bulan, katanya, kebanyakan justru akan berada diruang-ruang kelas kita.
Sambil kita bekerja, itu sudah dihitung jam pelajaran. Sambil kita diskusi dengan teman-teman, dengan para pelatih, itu juga bagian dari pembelajaran. Dengan diskusi bersama peserta bertukar informasi itu juga sudah bagian, dan nantinya ada kegiatan lokakarya, pendampingan, dan lain lain dan dijamin tidak akan bosan mengikuti kegiatan ini. tahu-tahu sudah mendapat sertifikat sebagai Guru Penggerak. Demikian paparan Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok, H. Wijayanto,A.Pi.,M.Si.
Joko Soetrisno : Guru Penggerak akan menjadi guru yang inklusif

Sementara itu, Kepala Bidang pembinaan SMP Dinas Pendidikan, Joko Soetrisno mengajak para peserta calon Guru Penggerak untuk tidak menyia-yiakan kesempatan ini.
Diharapkan dengan adanya kesempatan ini, banyak dari Depok, guru-guru penggerak ini terpilih, sehingga kualitas pendidikan di Kota Depok semakin meningkat. Karena menurutnya dari sisi tujuannya memiliki imbas yang sangat besar kepada para guru dan para peserta didik.
“Guru Penggerak akan menjadi guru yang inklusif, artinya mau terbuka hatinya untuk menerima segala masukan yang baik. Mau membuka diri, senantiasa mengupgrade ilmu pengetahuan, mau membuka diri bersosialisasi dan diharapkan guru yang berhati tulus dan berfikiran jernih. jika semua guru demikian, saya yakin semua beban guru menjadi ringan. Apalagi di era digitalisasi ini, semua guru harus meningkatkan potensi diri dan selalu mengupdate informasi. jadi nantinya guru tidak hanya mengajar di depan kelas,” papar Joko.
Kedepan, Kabid SMP itu juga berharap, guru-guru menjadi guru yang memiliki nilai-nilai Pancasila, sehingga murid-murid nantinya juga memiliki nilai-nilai yang pancasilais.
“Saya berharap semua kepsek SMP negeri dan swasta, menganjurkan para gurunya untuk mendaftar menjadi anggota atau peserta program guru penggerak.Begitu juga SD, TK atau PAUD. Karena kedepan, yang akan diutamakan untuk menjadi kepsek, atau pengawas adalah Guru Penggerak,” ujar Kabid SMP, Joko Soetrisno. (agus)