Swara Pendidikan (Depok) — Siapa sangka, puisi berjudul “Sarapan Pagi.” karya Kepala SMP Negeri 2 Depok yang juga Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMPN Kota Depok, Sumarno, S.Pd., M.Pd., mampu memukau puluhan mata yang hadir saat ia bacakan di acara Lomba Menulis dan Membaca Puisi Tingkat Pelajar Kota Depok, yang digagas PWI Kota Depok bekerja sama dengan Forum Indonesia Emas 2045, Rabu (12/11/2025).
Puisi yang ditulisnya pada 2019 itu ternyata kembali menemukan relevansi kuat dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto.
“Puisi ini saya buat di tahun 2019, dan ternyata masih relevan dengan program Makan Bergizi Gratis, ya?” ungkap Sumarno sesaat sebelum tampil membacakan puisinya
Penampilan Sumarno dinilai menjadi salah satu momen paling berkesan dilomba tersebut. Dengan ekspresi tenang dan intonasi khas, ia membacakan puisi “Sarapan Pagi” yang menggambarkan makna sederhana dari sepiring makanan bergizi sebagai simbol kasih sayang dan perhatian terhadap generasi penerus bangsa.
Menurut Sumarno, puisi merupakan media yang efektif untuk menyampaikan pesan moral dan kebijakan publik secara lembut namun menyentuh.
“Kadang puisi bisa berbicara lebih dalam daripada pidato. Program Makan Bergizi Gratis ini sejatinya adalah bentuk cinta negara kepada anak-anak bangsa, agar mereka tumbuh sehat, kuat, dan cerdas,” ujarnya.
Kegiatan lomba puisi ini diharapkan mampu menumbuhkan semangat literasi dan kepedulian sosial di kalangan pelajar sekaligus mempererat hubungan antara dunia pendidikan dengan insan pers dalam memajukan nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan.
Berikut kutipan lengkap puisi karya Sumarno
Sarapan Pagi
Nak, ini sarapan pagimu
Nasi dari butiran keringat ayahmu
Hasil kerja kemarin
Lauknya, daging olahan pikiran ayahmu kemarin malam
Dari konflik batin dan ramuan nurani yang diolah
Bersama cucuran air matanya
Jangan lupa minumlah air putih
Dari tetesan doa air mata ayah ibumu
Air yang dipanaskan dengan puasa dan tirakat
Air yang didinginkan melalui untaian doa sepanjang malam
Pergilah nak setelah sarapan pagi, ke ladang
Kau tanam asamu seluas luas yang kau mau
Semangat dan bulir keringatmu akan jadi saksi perjalananmu
Meski kadang menguap dan terhempas bersama dahaga waktu
(gus)




