Thursday, March 13, 2025

Balasan untuk Anak Durhaka: Kisah Nyata yang Menggetarkan

Dikisahkan oleh seorang ustadz di negeri Jiran (Malaysia), sebuah kisah nyata yang menggugah hati. Berikut kisahnya.

Suatu hari, saya pergi ke sebuah Rumah Panti Jompo karena seorang sahabat meminta bantuan agar saya dapat menyalurkan bantuan kepada orang miskin. Saya membeli kain sarung, roti, dan kebutuhan lainnya, lalu menuju panti jompo yang saya kenal.

Saat kendaraan kami tiba di perkarangan panti, tiba-tiba seorang ibu tua berlari dari dalam asrama mendekati saya.

“Ye… ye… anak aku datang! Senangnya anak aku datang!”

Saya tidak mengenal beliau, tetapi ibu itu memeluk dan mencium saya. Dengan penuh haru, ia berkata,

“Nak… kenapa tinggalkan ibu di sini? Ibu mau pulang… ibu rindu rumah kita…”

Saya terdiam, hampir tak bisa berkata-kata. Saya mencoba mengucapkan sesuatu,

“Bu…”

Saya pegang tangannya, saya lihat wajahnya, lalu ia berkata lagi,

“Sampai hati nak, kau tak mengaku aku ini ibumu…”

Saya bisa membayangkan bagaimana perasaan beliau yang sangat merindukan anaknya. Saya pun berpura-pura menjadi anaknya dan berkata,

“Bu… maafkan saya ya…”

Saya ajak duduk, saya suapkan roti ke mulutnya, dan tanpa terasa air mata saya menetes. Saya membayangkan jika ibu saya yang berada dalam posisi ini. Saya usap air matanya yang mengalir di pipi, sementara ia terus memegang tangan saya dengan erat.

Ketika hendak pulang, ibu itu memegang kaki saya dan berkata,

“Nak… jangan tinggalkan ibu, nak… ibu mau balik… ibu mau pulang…”

Akhirnya, saya meminta izin kepada pihak panti untuk membawa ibu ini selama lima hari ke rumah saya. Setelah dicek data, diketahui bahwa ibu ini memiliki lima orang anak, dan yang tertua bergelar Tan Sri—seorang kaya raya yang memiliki nama besar.

Selama di rumah, beliau selalu ikut shalat berjamaah di belakang saya. Suatu ketika, setelah shalat Isya, saya salami tangannya, namun ia melapisi tangannya dengan mukena. Saya bertanya,

“Bu… kenapa ibu lapisi tangan ibu?”

Ia menjawab,

“Ustaz… kau bukan anak saya, kan… Kalau anak saya, dia tak akan seperti ini. Kalau anak saya, dia tak akan jadi imam saya. Kalau anak saya, dia tak akan suapkan saya makan…”

Saya terkejut. Spontan, saya peluk dan menangis bersamanya. Saya berkata,

“Bu… walaupun bukan ibu saya, tapi saya sayang ibu seperti ibu saya sendiri…”

Hari berikutnya, saat makan, saya suapkan makanan ke mulutnya. Namun, ia muntahkan kembali. Wajahnya mendadak pucat. Saya segera membawanya ke rumah sakit.

Dalam keadaan lemah, ia berkata,

“Ustaz… kalau saya mati, tolong jangan beritahu seorang pun anak saya. Jangan izinkan mereka menyentuh batu nisan saya…”

Saya menggenggam tangannya dengan erat, sementara istri dan anak saya menangis di sampingnya. Namun, takdir berkata lain—ibu itu menghembuskan nafas terakhirnya dalam pangkuan saya.

Beberapa bulan kemudian, anak sulungnya menelepon saya dengan nada marah.

“Saya akan menuntut Anda karena telah membawa ibu saya keluar dari panti tanpa izin!”

Namun, hampir setahun berlalu, ia tak kunjung menghubungi saya kembali.

Hingga suatu hari, saya ceramah di sebuah masjid. Seusai ceramah, seorang pria datang dan memeluk saya sambil menangis tersedu-sedu.

“Ustaz… tolong kasih tahu di mana makam ibu saya… Saya Tan Sri yang dulu ingin menuntut ustaz. Sekarang saya sudah bangkrut, istri saya meninggal dalam kecelakaan, rumah dan mobil saya sudah disita bank…”

Saya berkata kepadanya,

“Saya bisa tunjukkan makam ibu kamu, tapi dengan satu syarat: kamu tidak boleh menyentuh batu nisannya.”

Sesampainya di makam, sebelum sempat saya turun dari mobil, ia berlari menuju kubur ibunya. Namun, baru beberapa langkah dari makam, ia jatuh tersungkur. Tangannya menghitam, mulutnya tertarik ke satu sisi. Dengan nafas terakhir, ia menangis dan memanggil-manggil,

“Ibu… Ibuuu… Ibuuuuu…”

Tanpa sempat mencapai makam ibunya, ia menghembuskan nafas terakhir di samping kubur sang ibu.

Allahu Akbar!

Allah SWT menunjukkan di hadapan saya sendiri bagaimana balasan bagi seorang anak yang durhaka kepada ibunya.

Sahabat sekalian, bila ibu kita masih hidup, tolong taati dan hormati beliau. Jangan tinggalkan mereka di panti jompo. Ingat, doa seorang ibu adalah keberkahan terbesar yang kita miliki. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari.

“Dan apabila mata ibumu sudah tertutup, maka hilanglah satu keberkahan di sisi Allah, yaitu doa seorang ibu.” **

RELATED ARTICLES

Most Popular