Swara Pendidikan (Tapos, Depok)– Senyumnya ramah, tutur katanya lembut namun tegas. Sosok itu adalah Ajeng Fitriani, S.Pd, guru muda yang kini dipercaya memimpin SDN Tapos 2 Depok sejak tahun 2023. Di usianya yang baru 39 tahun, perjalanan karier Ajeng tidak bisa dibilang singkat. Ia menapaki jalan pendidikan dari bawah, penuh perjuangan dan keyakinan, hingga akhirnya mengemban amanah sebagai kepala sekolah negeri di Kota Depok.
Lahir dan besar di Cilacap, Jawa Tengah, Ajeng memulai langkah sebagai guru honorer di kampung halamannya. Namun, keterbatasan kesempatan membuatnya memberanikan diri merantau. Tahun 2013, ia mencoba peruntungan mengikuti seleksi CPNS di Kota Depok. Alasannya sederhana, formasi guru SD yang tersedia di Depok jauh lebih banyak dibandingkan daerah asalnya.
“Alhamdulillah, saya lolos. SK pertama saya ditempatkan di SDN Sukamaju IV Depok pada 2014,” kenang Ajeng saat membuka kisah kepada Swara Pendidikan, Rabu (1/10/2025).
Selama sepuluh tahun mengabdi di sana, Ajeng mengemban beragam amanah, mulai dari guru kelas hingga bendahara sekolah. Pintu baru terbuka ketika ia terpilih mengikuti Program Guru Penggerak angkatan pertama di Kota Depok (angkatan 6 tingkat nasional). Program yang berlangsung sembilan bulan ini menjadi titik balik kariernya. Dari ribuan pendaftar, hanya ratusan yang berhasil lolos, termasuk dirinya.
“Awalnya saya tidak pernah membayangkan bisa jadi kepala sekolah. Tapi setelah lulus Guru Penggerak, ada kebijakan bahwa lulusan program ini mendapat prioritas. Dari situlah saya akhirnya dipercaya memimpin SDN Tapos 2,” tuturnya.
Tantangan Awal dan Kolaborasi
Mengemban jabatan kepala sekolah tentu bukan hal mudah. Ajeng mengaku sempat merasa terbebani dengan tanggung jawab baru. Namun, ia belajar dari kepala sekolah sebelumnya sekaligus membangun pola kepemimpinan yang menekankan kolaborasi.
“Kunci utama ada di kerja sama. Orang tua harus dilibatkan dalam kegiatan sekolah. Kami juga rutin mengadakan parenting agar pola asuh anak di rumah bisa selaras dengan pendidikan di sekolah,” jelasnya.
Kini, SDN Tapos 2 memiliki 352 siswa. Meski capaian akademik masih menjadi pekerjaan rumah, Ajeng berusaha menggali potensi siswa melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Pramuka menjadi kegiatan unggulan, ditambah olahraga tradisional (Oltrad) seperti egrang yang pernah mengantarkan siswa SDN Tapos 2 hingga ke tingkat provinsi. Tak ketinggalan, delapan ekstrakurikuler lain tersedia, mulai dari seni tari, lukis, kaligrafi, marawis, hingga bela diri.
“Akademik memang masih jadi tantangan besar, tapi saya percaya setiap anak punya kelebihan. Tugas sekolah adalah menemukan dan menumbuhkan potensi mereka,” kata Ajeng.
Inovasi untuk Sekolah Pinggiran
Untuk memupuk kreativitas, Ajeng tengah merancang panggung terbuka di sekolah. Harapannya, setiap selesai penilaian tengah semester, siswa bisa tampil mengekspresikan diri. Ia juga berencana memanfaatkan lahan kosong di sekolah menjadi apotek hidup, sehingga lingkungan sekolah lebih hijau sekaligus bermanfaat.
Tak hanya itu, Ajeng rajin mencari inspirasi dari berbagai sumber. Ia gemar membaca referensi dari media sosial, blog pendidikan, hingga konten-konten edukatif di YouTube dan TikTok. “Dari situ banyak ide yang bisa diadopsi untuk diterapkan di sekolah,” ungkapnya.
Harapan Seorang Kepala Sekolah
Hampir dua tahun memimpin SDN Tapos 2, Ajeng Fitriani terus berusaha menghadirkan inovasi dan kenyamanan bagi sekolah yang ia pimpin. Baginya, menjadi kepala sekolah bukan sekadar jabatan, melainkan amanah besar untuk memajukan pendidikan, meski dimulai dari sekolah yang berada di pinggiran kota.
“Harapan saya sederhana, semoga SDN Tapos 2 bisa menjadi tempat yang nyaman, produktif, dan melahirkan anak-anak yang berkarakter sekaligus berprestasi,” pungkasnya. (Nurjaya SP)