Swara Pendidikan (Tapos, Depok)- Sebanyak dua kelompok mahasiswa semester 4 dari Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) hadir di SDN Cilangkap 6, Tapos, dalam rangka melaksanakan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang bertujuan memberikan edukasi kepada para siswa tentang Bahaya Game Online dan Internet Positif, pada Selasa (27/5/2025).
Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 150 siswa dari kelas 3, 4, dan 5. Para mahasiswa memberikan pemahaman mengenai dampak negatif kecanduan game online serta pentingnya penggunaan internet secara aman, sehat, dan produktif.
Kepala SDN Cilangkap 6, Mami Suryati, menyambut baik kegiatan tersebut dan menyatakan dukungannya terhadap inisiatif para mahasiswa. “Saya sangat mendukung edukasi yang dilakukan mahasiswa UBSI. Tema yang diangkat sangat relevan dengan kondisi anak-anak saat ini, di mana mereka sangat dekat dengan teknologi dan game online. Semoga kegiatan ini dapat membuka wawasan para siswa,” kata Mami Suryati.
Salah satu guru SDN Cilangkap 6, Nurshiyam menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari tugas kuliah mahasiswa dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat. Menurutnya, kegiatan ini sangat penting karena dapat mengingatkan siswa terhadap risiko-risiko penggunaan internet yang tidak sehat.
“Ini adalah bagian dari PKM mahasiswa UBSI. Mereka mengenalkan kepada siswa tentang bahaya kecanduan game online, termasuk risiko penipuan di dunia maya. Kecanduan ini bisa berdampak buruk pada kesehatan, seperti gangguan mata, berkurangnya konsentrasi belajar, hingga pola hidup yang tidak teratur,” jelasnya.
Nurshiyam menambahkan, kasus kecanduan yang parah bahkan bisa menyebabkan anak-anak lupa makan, lupa belajar, dan lupa istirahat.
“Ada beberapa kasus ekstrem di luar sana yang sampai menyebabkan pingsan atau bahkan kematian akibat bermain game secara berlebihan,” imbuhnya.
Sementara itu, Nouval dan Febrian, perwakilan mahasiswa UBSI dari program studi Informatika, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kontribusi nyata mahasiswa dalam pengabdian kepada masyarakat, khususnya di lingkungan pendidikan dasar.
“Kami memberikan edukasi mengenai pengawasan penggunaan internet, bahaya kecanduan game online, dan penipuan digital yang sering terjadi dalam game. Ini penting karena anak-anak sekarang sangat akrab dengan gadget dan internet,” kata Nouval.
Febrian menyatakan pendekatan yang digunakan dalam edukasi disesuaikan dengan usia anak-anak agar lebih mudah dipahami dan diterima.
“Kami memahami bahwa anak-anak di usia sekolah dasar masih dalam masa bermain, jadi edukasinya kami kemas dengan cara yang ringan namun tetap serius. Anak-anak boleh bermain game dan menggunakan internet, tetapi harus ada batas dan pengawasan agar tidak berlebihan,” jelas Febrian.
Melalui kegiatan ini, Nouval dan Febrian berharap siswa dapat lebih bijak dalam menggunakan teknologi, serta mampu membedakan antara penggunaan internet yang bermanfaat dan yang berisiko. (NJ Saputra)