Swara Pendidikan (Depok) – Sebanyak 14 pelajar jenjang Sekolah Dasar (SD) mewakili Kota Depok dalam ajang Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025 tingkat Provinsi Jawa Barat yang digelar di Kota Bandung, pada 9–10 Oktober 2025.
Keikutsertaan mereka menjadi bukti nyata komitmen Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok dalam melestarikan bahasa dan budaya Sunda di kalangan generasi muda.
Kepala Seksi (Kasi) Kelembagaan dan Peserta Didik Sekolah Dasar Disdik Kota Depok, H. Gunawan, menjelaskan bahwa terdapat tujuh mata lomba yang diikuti oleh peserta dari Depok dengan kategori putra dan putri.
“Ada tujuh mata lomba yang dipertandingkan, yaitu borangan (ngabodor sorangan), membaca dan menulis aksara Sunda, pidato (biantara), menyanyikan pupuh (nembang pupuh), membaca sajak, menulis cerita pendek (carpon), dan mendongeng (ngadongeng),” jelas Gunawan, Kamis (9/10/2025).
Gunawan menuturkan, para peserta yang berangkat ke tingkat provinsi merupakan hasil seleksi ketat dari pelaksanaan FTBI tingkat kota. Mereka telah melalui tahap pembinaan intensif yang difasilitasi oleh Disdik Depok, baik dari segi bahasa, teknik penampilan, maupun pemahaman budaya Sunda.
“Kami berharap para peserta dapat tampil maksimal dan membawa nama baik Kota Depok. Lebih penting lagi, mereka bisa menjadi teladan dalam menggunakan bahasa Sunda yang baik dan benar di lingkungan sekolah,” ujarnya.
Ajang FTBI sendiri merupakan program Kemendikbudristek yang digagas melalui Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat sebagai bagian dari upaya pelindungan dan pelestarian bahasa daerah di Indonesia. Program ini berfokus pada pembinaan generasi muda agar tetap mencintai dan menggunakan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari.
Gunawan menambahkan, partisipasi Kota Depok dalam FTBI merupakan langkah strategis dalam menjaga eksistensi bahasa Sunda di wilayah perkotaan yang sangat majemuk.
“Menang atau tidak, mereka telah menjadi bagian dari upaya menjaga warisan budaya. Ini langkah konkret dalam melestarikan bahasa Sunda di tengah arus globalisasi,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa kegiatan FTBI bukan hanya tentang kompetisi, melainkan wadah pembinaan karakter melalui kecintaan terhadap budaya lokal.
“Tujuan utamanya bukan hanya meraih prestasi, tapi lebih kepada aspek pedagogik — membentuk karakter anak lewat kecintaan pada bahasa dan budaya daerah,” tutupnya.**
(gus JP)